Free Web Hosting
Untitled Document

 

Untitled Document

Beranda Tentang Kami Panti Asuhan Sekolah Kegiatan Hubungi Kami

 

Untitled Document

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sejarah 100 Tahun (1892-1992) Organisasi

 

 

Untitled Document
Beranda
Tentang Kami
Panti Asuhan
Sekolah
Kegiatan
Hubungi Kami

 

Untitled Document

100 TAHUN PEKERJAAN PA VAN DER STEUR DI INDONESIA
(1892-1992)

(dapat dibaca : Kata Sambutan)


KATA PENGANTAR

Pekerjaan Pa van der Steur di Indonesia telah dapat ambil bagian dalam pelayanan sosial lebih dari satu abad. Suatu perjalanan yang cukup panjang dan di dalamnya terkandung banyak peristiwa dan pengalaman. Sesuai dengan tugasnya, penyusun (catatan : dari buku 100 Tahun Pekerjaan Pa van der Steur) mencoba memberikan gambaran secara umum tentang perjalanan pekerjaan Pa van der Steur dari awal pekerjaannya pada tahun 1892 sampai dengan saat ini (catatan : sampai dengan tahun 1992).

Puji syukur kepada Tuhan, karena meskipun banyak kendala dan hambatan, tugas tersebut dapat diselesaikan. Secara khusus penyusun menyampaikan terima kasih kepada Badan Pengurus Yayasan Pa van der Steur yang telah memberikan banyak informasi dan data. Demikian juga kepada semua pihak yang telah memberikan berbagai dukungan demi tersusunnya buku tersebut, penyusun menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya.

Penyusun menyadari bahwa dalam buku tersebut terdapat banyak kekurangan, tetapi penyusun berharap agar buku tersebut selain dapat memberikan informasi, juga dapat memberikan inspirasi dan motivasi, guna pelayanan dan pengembangan pekerjaan Pa van der Steur di masa mendatang.

Jakarta, Desember 1994

Penyusun


PENDAHULUAN

Johannes van der Steur meninggalkan Negeri Belanda pada tanggal 10 September 1892. Sebagai seorang PEnginjil tugasnya di Indonesia diawali dengan melayani kegiatan kerohanian di sebuah asrama tentara Belanda di Magelang, suatu kota kecil di Jawa Tengah.

Tahun 1892 menjadi tahun berawalnya Yayasan Pa van der Steur yang tujuannya memperhatikan kepentingan-kepentingan serta memelihara untuk sementara atau seterusnya anak-anak yatim piatu, anak-anak yang tidak terpelihara dan/atau anak-anak terlantar dari segala suku bangsa. (Dapat dibaca : Tentang Kami)

Tujuan tersebut di atas telah disesuaikan dengan tuntutan zaman yang juga meliputi pelayanan Kesehatan, Pendidikan dan Panti Werdha atau panti untuk merawat orang lanjut usia (catatan : pelayanan panti werdha tidak dilanjutkan lagi).

Sesuai dengan "wasiat" yang ia tinggalkan kepada anak-anaknya : "Bukan namaku melainkan pekerjaanku yang hendaknya dilanjutkan", tulisan ini disusun dengan tujuan untuk memberi gambaran awal, pertumbuhan dan perkembangan pekerjaan Pa van der Steur dalam perjalanannya selama rentang waktu 100 tahun.

Perjalanan panjang sudah tentu banyak memberi pengalaman serta mengandung hikmat dan pelajaran yang beraneka ragam. Semoga semuanya itu dapat dimanfaatkan oleh "anak-anaknya" atau semua pihak yang terkait dengan pekerjaannya, baik sekarang maupun di masa mendatang.


MENJADI BAPAK DARI BERIBU-RIBU ANAK

Seperti pernah dikemukakan, bahwa anak asuh Pa bertambah dengan sangat cepat, mulai dari 4 anak pada tahun 1892 sampai 1.100 pada tahun 1941. Dengan demikian, Oranje Nassau benar-benar merupakan keluarga yang luar biasa besarnya. (Dapat dibaca : Sejarah)

Tentang keadaan kompleks Oranje Nassau, dapat dikemukakan sebagai berikut : Kompleks tersebut dibangun di atas tanah kurang lebih 5 hektar, terletak di pinggir jalan raya di Magelang berdampingan dengan Kantor Keresidenan Magelang. Sesuai dengan penggunaannya, Oranje Nassau dibagi menjadi 3 bagian, asrama untuk anak laki-laki, asrama untuk anak perempuan dan satu asrama khusus untuk anak-anak di bawah umur 10 tahun.

Antara asrama anak laki-laki di bagian Utara dan asrama anak perempuan di bagian Selatan, dibangun sebuah jalan. Seluruh kompleks terdiri dari sekitar 20 bangunan yang dipergunakan untuk bengkel, tukang jahit, tukang sepatu serta perumahan para pengasuh, karyawan dan para sopir. Sopir di Oranje Nassau berjumlah 7 orang yang sebagian besar bertugas membawa bus sekolah untuk anak-anak yang bersekolah di Yogya. Pa sendiri menempati sebuah bangunan yang sekaligus merupakan kantornya. Bagian belakang dari tempat tinggal Pa dipergunakan untuk kamar perawatan untuk anak yang sakit yang berdekatan dengan bangunan untuk kamar berobat. Di kompleks Oranje Nassau juga dibangun Gereja yang dapat menampung 600 anak. Di gedung Gereja tersebut, Pa juga memberikan katekisasi kepada anak-anak. Di samping bangunan-bangunan tersebut, masih tersisa tanah yang sangat luas, yang dipergunakan untuk lapangan bermain, serta untuk kebuh. Kebun yang dikerjakan oleh anak-anak dapat menghasilkan sayur-sayuran serta buah-buahan. Sewaktu anak-anak pindah ke Jakarta pada tahun 1949, kompleks Oranje Nassau dipergunakan oleh Pemerintah sampai dengan saat ini. Perlu diketahui pula bahwa Yayasan juga memiliki tanah seluaas lebih kurang 5 hektar di Badran, Temanggung yang sampai saat ini dirawat oleh seorang penjaga.


BAPAK YANG TEGAS TETAPI PENUH KASIH SAYANG

Anak-anak Pa di tahun 1942 mencapai jumlah 1.100 orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dalam berbagai kelompok umur. Mendidik, merawat serta mengatur anak yang sedemikian besar jumlahnya sudah pasti merupakan pekerjaan yang sangat rumit. Apalagi setelah kepergian Moe, Pa dapat dikatakan bekerja seorang diri dan hanya dibantu oleh anak-anak. Pa benar-benar seorang bapak dalam arti sesungguhnya. Ia tidak saja memberi makan dan pakaian tetapi juga memberikan pendidikan bagi mereka. Anak-anak disekolahkan menurut bakat dan kemampuan masing-masing, ada yang ke AMS (Algemene Middelbare School, setingkat SMA), Sekolah Guru, Pertanian ataupun Apoteker. Bagi anak-anak yang menunjukkan kemampuan yang baik dibiayai sampai ke perguruan tinggi, bahkan ada pula yang disekolahkan ke Negeri Bealanda. Semua ini menunjukkan betapa besar kasih sayang Pa kepada mereka. Pa menghendaki supaya anak-anaknya dapat memperoleh kehidupan dan masa depan yang baik. Mungkin terdorong keinginan agar anak-anaknya menjadi orang yang berhasil, maka Pa menerapkan disiplin yang keras kepada mereka. Meskipun demikian Pa juga selalu menunjukkan perhatian dan kasih sayang yang sangat besar kepada anak-anak. Saat anak-anak sarapan pagi, Pa selalu membagikan uang jajan kepada mereka yang sudah belajar di sekolah lajutan. Setelah itu Pa selalu mengunjungi anak-anak yang sedang sakit, baik di asrama maupun di rumah sakit. Kebiasaan ini juga ditujukan kepada pasien-pasien lain. Setiap hari Minggu pagi Pa selalu menghamburkan perangko yang kadang-kadang dicampur dengan beberapa keping uang sen. Melihat anak-anak selalu berebutan, Pa terlihat sangat bahagia. Pada waktu anak-anak kecil memasuki kamar tidur, Pa berdiri di pintu sambil membentangkan tangannya. Anak-anak segera bergantian berusaha memegang tangan Pa, dan saat itu pula Pa memberikan ciuman "selamat tidur" kepada setiap anak.

Kalau Pa sedang sakit, para pengasuh melarang anak-anak bermain di dekat kamar Pa, agar tidak mengganggu Pa yang sedang beristirahat. Tetapi Pa justru sering bertanya mengapa ia tidak mendengar anak-anak bermain di dekat kamarnya. Rupanya dalam keadaan sakitpun, Pa selalu ingat dan memperhatikan anak-anak.

Meskipun anak-anak Pa ribuan jumlahnya, tetapi jika salah satu ada yang meninggal, ia sangat sedih dan merasa sangat kehilangan. Pa selalu ikut mengantar ke tempat pemakaman, padahal jarak rumah sakti dengan "Memento Mori", yaitu pemakaman yang terletak di pinggiran kota Magelang cukup jauh sedangkan Pa sendiri sudah berusia lanjut. Ia berbaris paling depan dalam iring-iringan duka diikuti anak-anak yang membawa vandel berisi ayat-ayat Alkitab, kemudian barisan musik dan semua anak-anak asrama. Ada satu contoh lagi bagaimana Pa ingin menunjukkan perhatiannya kepada anak-anak. Bagaimanapun sedang sibuknya Pa bekerja, jika ada anak yang datang menunjukkan seekor tikus yang berhasil ditangkapnya, Pa langsung berhenti bekerja, kemudian ia bersama dengan anak itu pergi ke WC bersama dengan anak-anak lainnya. Pa ingin menyaksikan sendiri apakah tikus itu benar-benar dibuang di WC. Kemudian Pa memberikan hadiah sebesar satu gobang (dua setengah sen).


KEPERGIAN SEORANG BAPAK YANG DIKASIHI
(dapat dibaca juga : Sejarah)

Kabar meninggalnya Pa dengan cepat tersebar ke mana-mana. Dalam waktu singkat Oranje Nassau dipenuhi ribuan orang. Anak-anak yang sudah meninggalkan asrama dan tersebar di berbagai kota berdatangan ke Magelang. Masyarakat yang tinggal di kota Magelang maupun yang tinggal di berbagai pelosok kampung juga tidak ketinggalan, bahkan banyak pula yang datang dari lereng-lereng gunung, berjalan kaki berkilo-kilo meter. Mereka semua datang untuk melepas dan memberikan penghormatan terakhir kepada seorang manusia yang sudah berbuat segala sesuatu untuk menunjukkan perhatian dan kasihnya terhadap sesama tanpa memandang suku, golongan maupun bangsa.

Perjalanan hidup Pa memang diwarnai dengan perjuangan dan kesulitan, tetapi hidupnya telah memberikan berkat bagi banyak orang. Kenangan yang indah dan terakhir bagi anak-anaknya yang tidak bisa dilupakan terjadi beberapa saat sebelum ia meninggal. Mereka dipanggil satu persatu masuk ke kamar Pa untuk mendapat pesan, dan anak-anak kecil mendapat ciuman.

Saat jenazah Pa diantar ke tempat peristirahatannya yang terakhir di Memento Mori, kota Magelang dipenuhi ribuan orang yang mengantarnya. Pa telah pergi untuk beristirahat selama-lamanya. Yang masih hidup kini adalah semangatnya dan pekerjaan yang telah dirintisnya. Sesuai dengan wasiatnya, maka bukan nama Pa melainkan pekerjaannya yang harus diteruskan oleh anak-anaknya.


MENGHADAPI MASA YANG SULIT

Sejak Pa dipenjara dan sampai meninggal, Oranje Nassau saat itu seperti tidak habisnya dirundung oleh kesusahan dan kesulitan. Makanan dan pakaian sulit diperoleh. Karena itu anak-anak yang besar sesudah sekolah harus ikut mencari makanan, baik di dalam kota Magelang maupun di luar kota. Dengan membawa gerobak, mereka seringkali berjalan kaki berkilo-kilo meter sekedar untuk mencari ubi jalar atau singkong. Pada tahun 1947 tatkala perang kembali berkobar, anak-anak harus meninggalkan kota Magelang untuk mengungsi ke luar kota. Dengan dibimbing oleh para pengasuh, anak-anak terpaksa berjalan sangat jauh pergi ke kampung-kampung mencari tempat yang aman. Akhirnya mereka menetap di Tonoboyo, suatu kampung di lereng Gunung Sumbing. Di sana mereka ditempatkan di rumah-rumah penduduk dan khususnya anak-anak di bawah umur 10 tahun ditampung di sebuah bangunan sekolah.

Di saat seperti itu sudah tentu kebutuhan pokok anak-anak seperti makanan dan pakaian sangat kurang terpenuhi serta keadaan kesehatan mereka sangat buruk. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan kalau anak-anak banyak yang sakit, bahkan ada pula yang meninggal dunia. Sungguh suatu keadaan yang sangat menyedihkan dan merupakan cobaan yang sangat berat bagi anak-anak dan para pengasuh saat itu. Sesudah keadaan agak aman, anak-anak kembali ke Oranje Nassau dan kegiatan kembali berjalan seperti biasa meskipun keadaan terasa semakin sulit. Karena itu, kadang-kadang anak-anak dalam satu hari hanya makan beberapa potong singkong rebus atau sedikit bubur.


MENGENANG KEHIDUPAN ANAK-ANAK DI ASRAMA ORANJE NASSAU

Sampai dengan tahun 1929, anak asuh Pa sudah berjumlah 900 anak, yang terdiri dari 600 anak laki-laki dan 300 anak perempuan dari berbagai tingkatan umur dan pendidikan. Mereka tinggal di sebuah asrama yang dibangun di atas tanah yang luasnya beberapa hektar, terletak di Kampung Meteseh, Magelang.

Untuk memudahkan pengaturannya, mereka dipisahkan menjadi beberapa kelompok menurut umur atau tingkat pendidikannya, dan setiap kelompok menempati satu bangsal, dan bangunan lain misalnya ruang makan yang dapat menampung 600 anak, bengkel untuk menjahit pakaian, ruang untuk berobat dan perawatan anak yang sakit serta sebuah kapel yang dapat menampung 600 orang. Dapat dibayangkan betapa sulitnya Pa merawat, mengatur dan mendidik anaka-anak yang begitu besar jumlahnya. Meskipun demikian, Pa berusaha keras agar kehidupan di keluarga besar Pa van der Steur dapat berlangsung dengan tertib dan teratur. Karena itu setiap kegiatan diatur dengan ketat dan harus ditaati oleh setiap anak. Sebaliknya Pa juga berusaha keras agar anak-anaknya mendapatkan segala sesuatu yang diperlukan, baik kebutuhan sandang, pangan, maupun pendidikan, kesehatan, olahraga, rekreasi terlebih iman kepada Tuhan.

Kepada anak-anaknya Pa memberikan latihan tanggung jawab dengan memberikan tugas-tugas khusus. Yang paling sederhana misalnya sesudah makan, setiap anak harus mencuci dan menyimpan piring dan sendoknya sendiri. Anak-anak SD, setiap pulang sekolah dan selesai makan siang secara bergiliran harus melaksanakan corvee (kerja bakti) menurut tugasnya masing-masing. Ada yang menyapu halaman kompleks, membersihkan got dan sebagainya. Perlu dikemukakan di sini, bahwa Oranje Nassau tidak mempekerjakan orang luar untuk tukang sapu maupun tukang kebun. Pemeliharaan dan perawatan kompleks dikerjakan oleh anak-anak sendiri. Setiap hari Kamis ruang makan yang dapat menampung 600 anak tersebut dan begitu luas harus dibersihkan. Tugas tersebut dilakukan oleh anak SD kelas 7 dan anak MULO. Ruang dan kamar yang lain juga dibersihkan secara teratur.

Pada libur panjang seluruh bangsal-bangsal juga dibersihkan secara total demikian juga lemari atau peti pakaian, bahkan anak-anak Sekolah Tehnik dibantu dengan anak lain mengerjakan renovasi bangunan.

Pada tahun 1932 jumlah anak bertambah banyak dan diperlukan ruangan baru. Ruang tersebut dikerjakan sendiri oleh anak Sekolah Tehnik, anak MULO dan SD juga membantu mengumpulkan batu-batu yang diambil dari kali Progo. Meskipun Pa memberikan tugas sehari-hari kepada anak-anak, tetapi Pa tidak menelantarkan anak-anaknya di bidang pendidikan. Setiap anak disekolahkan sesuai tingkatan umur serta bakatnya. Anak-anak yang pintar dan rajin diberi kesempatan melanjutkan sampai Perguruan Tinggi. Anak-anak yang menghadapi ujian untuk masuk MULO diberikan pelajaran tambahan. Anak yang sudah bersekolah di tingkat lanjutan, wajib belajar sendiri di ruang rekreasi setiap hari pukul 19.45 sampai pukul 21.00. Anak laki-laki yang putus SD melanjutkan pendidikan di sekolah Pertukangan, sedang bagi yang lulus SD melanjutkan pendidikan ke Sekolah Teknik. Anak-anak putri yang putus SD bekerja membantu di asrama putri, sedang anak-anak yang lulus SD dapat mengikuti Sekolah Kepandaian Putri. Semuanya itu menunjukkan betapa besar perhatian Pa terhadap pendidikan anak-anak.

Sebagai Penginjil Pa berusaha keras agar dapat membina iman anak-anak dengan sebaik mungkin. Di kompleks Oranje Nassau dibangun kapel yang dapat menampung 600 anak. Di kapel tersebut Pa memimpin langsung kebaktian setiap hari Minggu dan pada hari Jumat Pa memberikan katekisasi kepada anak-anak MULO. Sekali waktu kalau Pa diminta melayani kebaktian di gereja protestan dekat alun-alun, anak-anak juga diikutsertakan. Kebiasaan yang ditanamkan kepada anak dalam membina iman mereka adalah setiap kegiatan misalnya makan, tidur dan belajar selalu diawali dan ditutup dengan berdoa.

Pada bagian lain telah disinggung hal yang juga sangat ditekankan oleh Pa dalam mendidik mereka adalah kedisiplinan serta kesederhanaan. Pa sering mengatakan kepada mereka bahwa hidup itu keras. Karena itu setiap anak harus melatih diri dengan usaha yang keras, tertib dan teratur dalam hidup. Salah satu contoh tentang ketertiban ini misalnya selama makan bersama anak-anak tidak boleh ada yang berbicara. Untuk lemari dan pakaian setiap anak mempunyai nomor tersendiri, sehingga meskipun anak-anak mencapai ribuan jumlahnya, pakaian mereka tidak mungkin tertukar dengan pakaian temannya. Untuk mengatur pakaian anak-anak, orang yang bertahun-tahun menjalankan tugas tersebut adalah Jan Verboom dan Piet Veerremans. Bahkan Jan Verboom sampai hafal nomor pakaian setiap anak, meskipun anak tersebut telah lama meninggalkan Oranje Nassau. Pada waktu sudah tua dan penglihatannya kabur, Jan Verboom masih dapat menyebut nomor pakaian seseorang hanya dengan mendengar suaranya saja. Perlu dikemukakan bahwa anak-anak Oranje Nassau diberikan seragam sesuai dengan tingkat sekolah atau umurnya. Anak-anak SD pakaian rumahnya adalah celana monyet warna biru muda, pakaian sekolahnya terbuat dari katun bergaris hitam, anak-anak perempuan memakai baju dari katun berwarna kotak-kotak hitam. Anak-anak yang telah tamat SD berpakaian jas tutup dan celana pendek putih. Ketentuan lain khususnya mengenai rambut anak-anak adalah anak SD sampai MULO harus mencukur habis rambutnya, tetapi ketentuan ini tidak berlaku bagi anak yang sudah sekolah di tingkat lanjutan atas.

Pa memang menanamkan hidup teratur dan disiplin kepada anak-anaknya dan kepada yang melanggar peraturan, Pa memberikan hukuman. Tetapi tidak berarti Pa tidak memperhatikan hal-hal lain yang memang sangat diperlukan bagi anak-anak. Untuk olahraga misalnya, di Oranje Nassau tersedia lapangan sepak bola dan bola keranjang. Salah satu olahraga yang sangat digemari anak-anak adalah sepak bola dan main kasti. Bahkan salah satu anak Oranje Nassau, Gerrit van de Burg pernah menjadi pemain NIVU (semacam PSSI sekarang) dan ikut serta ke Negeri Belanda untuk mengadakan pertandingan persahabatan. Olahraga lain yang banyak digemari anak-anak adalah lari. Setiap hari penggemar olahraga ini lari menempuh jarak 12 km antara asrama ke Kali Bening. Selain itu alat angkat besi, rekstok dan ringen juga tersedia di asrama.

Bagi anak-anak yang mempunyai minat di bidang seni juga diberikan kesempatan untuk menampilkan kebolehannya. Setiap malam Minggu setelah makan malam, anak laki-laki dan perempuan yang sudah sekolah di MULO atau Sekolah Lanjutan Atas berduyun-duyun ke ruang rekreasi untuk mengikuti acara malam hiburan. Pada acara tersebut Pa selalu hadir bersama anak-anak. Di acara tersebut Hawaiian band dari anak-anak senior tampil meramaikan suasana.

Anak-anak MULO diwajibkan mengisi acara dengan beberapa atraksi, misalnya menyanyi, membacakan sajak atau keterampilan lain. Bagi anak yang pemalu dan tidak berani tampil di panggung, dapat minta tolong teman untuk menggantikannya. Resikonya anak tersebut harus menyerahkan uang saku dalam seminggu kepada teman yang menggantikan tugasnya.

Selain olahraga dan kesenian, anak-anak juga diberikan kesempatan untuk rekreasi. Pada waktu-waktu tertentu, Pa menyewa film di gedung bioskop dan anak-anak secara bersama-sama menontonnya. Pada waktu libur panjang anak-anak diajak keluar untuk menikmati keindahan tempat pariwisata di sekitar kota Magelang. Acara yang cukup unik adalah kebiasaan anak-anak besar untuk begadang semalam suntuk. Dengan modal nasi goreng sebakul, kopi dan pisang goreng mereka mengobrol sepanjang malam dan ada pula yang mengisi kegiatan dengan memancing di Kali Progo. Kali Progo merupakan salah satu tempat sangat menarik bagi anak-anak dimana mereka dapat berenang atau bermain-main di dalam air. Kali Progo juga pernah menelan korban 5 anak-anak Oranje Nassau yang tenggelam sewaktu berenang. Kejadian ini sangat mengejutkan Pa yang merasa sangat terpukul oleh peristiwa itu. Ada salah satu hobi anak-anak yang cukup berbahaya tetapi banyak digemari, yaitu berburu. Mereka membuat sendiri senapan dan mesiu. Meskipun senapan ini sangat sederhana, tetapi cukup memberikan kesenangan kepada anak-anak. Dengan senjata tersebut mereka mencari musang, kura-kura atau bajing. Kegemaran ini juga pernah meminta korban salah satu anak yang tewas seketika itu juga akibat dadanya ditembus beberapa peluru. Namun kejadian yang tragis tersebut tidak membuat mereka jera dan berburu tetap berjalan terus.

Demikianlah beberapa gambaran tentang kehidupan anak-anak di Oranje Nassau. Sebenarnya banyak peristiwa dan kegiatan yang berkesan bagi anak-anak yang mengalami langsung, tetapi tentu tidak mungkin untuk dapat diungkapkan semua. Meskipun ada hal yang mengharukan atau bahkan menyedihkan, bagi anak-anak kehidupan di Oranje Nassau merupakan satu bagian perjalanan hidup yang tidak mungkin mereka lupakan.


PEMBANGUNAN GEDUNG DAN SARANA

Setelah berhasil memiliki tanah seluas 2 ha, langkah berikutnya adalah membangun gedung dan sarana untuk anak-anak. Pertama-tama dibangun asrama Putra yang peletakan batu pertamanya dilaksanakan pada tanggal 3 Juni 1974, dan bulan Agustus 1975 asrama tersebut siap digunakan. Gedung berlantai dua dengan luas bangunan 1.224 meter persegi itu, dapat menampung 150 anak dan tersedia pula dua kamar untuk pengasuh serta satu ruang untuk kantor Pengurus Yayasan.

Sesudah asrama Putra selesai, pembangunan terus dilaksanakan dengan membangun dapur induk, gudang dan kamar untuk pembantu. Kemudian dilanjutkan dengan membangun asrama untuk anak-anak Putri. Asrama Putri ini juga terdiri dari dua lantai dengan luas bangunan 915 meter persegi, dan jaraknya dari asrama Putra kurang lebih 50 meter. Di lantai bawah terdapat ruangan yang cukup luas yang berguna tidak saja untuk ruang makan tetapi dapat dipergunakan juga untuk keperluan lain misalnya untuk menerima tamu dan ruang belajar. Selain itu terdapat juga teras yang digunakan untuk tempat bermain anak-anak.

Beberapa tahun kemudian, Badan Pengurus mempunyai gagasan baru yaitu agar gedung yang akan dibangun dapat dimanfaatkan untuk memperluas pekerjaan Yayasan. Setelah semua asrama selesai dibangun, Badan Pengurus mulai membangun sekolah yang diawali pada tahun 1979. Akhirnya diputuskan juga untuk membangun sebuah Panti Werdha, dan anak-anak Putra tingkat SLTA dipindahkan ke asrama Putra Pondok Gede.

Pada tanggal 3 November 1984 dilakukan peletakan batu pertama gedung Panti Werdha, dan setahun kemudian tepatnya pada tanggal 31 Oktober 1985, sudah dapat diresmikan. Gedung ini mempunyai daya tampung untuk 24 orang. Setelah Panti Werdha dapat dipergunakan, Pengurus melengkapi sarana sekolah di Pondok Gede dengan membangun sebuah Aula yang didirikan pada tahun 1987. Bentuk Aula ini merupakan duplikat dari Gereja di Magelang yang dibangun oleh Pa. Luas gedung 300 meter persegi dengan daya tampung 400 anak. Dalam kegiatan sehari-hari gedung ini dipergunakan untuk kegiatan ekstra kurikuler dan perayaan-perayaan sekolah. Dengan berkat Tuhan yang telah memakai berbagai pihak untuk ambil bagian dalam pembangunan gedung dan sarana, maka tekad Pengurus Yaysan untuk melengkapi sarana pelayanan serta mengembangkan pekerjaan Pa van der Steur telah terwujud.


Untuk mengetahui pelayanan Pa van der Steur untuk Panti Werdha dan Kesehatan, dapat dibaca pada cerita tentang mereka.

PERINGATAN 100 TAHUN PEKERJAAN PA VAN DER STEUR DI INDONESIA

Bagi Badan Pengurus Yayasan Pa van der Steur sebagai pewaris dan penerus pekerjaan yang dirintis oleh Johannes van der Steur sejak 10 September 1892, tahun 1992 merupakan tahun yang mempunyai arti. Betapa tidak, karena pada tahun tersebut pekerjaan Pa van der Steur telah mencapai umur 100 tahun. Hal tersebut tentu menggugah hati Badan Pengurus dan keluarga besar Pa van der Steur untuk mengucap syukur kepada Tuhan sebab hanya karena bimbingan-Nya Pengurus Yayasan tidak saja dapat meneruskan pelayanannya di Panti Asuhan tetapi juga dapat mengembangkan pekerjaan Pa van der Steur di bidang kesehatan, pendidikan dan Panti Werdha (catatan : Panti Werdha tidak dilanjutkan lagi). Untuk mengungkapakan rasa syukur itulah Badan Pengurus Yayasan membentuk Panitia yang bertugas melaksanakan peringatan dengan mengadakan serangkaian kegiatan. Setelah melalui beberapa pertemuan, Panitia Peringatan yang diketuai oleh Dr. Jerry Lohy dan sekretaris Drs. Freddy Maspaitella dengan dibantu oleh beberapa anggota, menetapkan serangkaian kegiatan yang dimulai tanggal 8 September dan berakhir tanggal 19 September 1992. Adapun kegiatan perayaan tersebut meliputi kebaktian pengucapan syukur, ziarah ke makam Pa van der Steur di Magelang, perlombaan dan pelayanan kesehatan di sekolah, pemutaran film, gerakan kebersihan di lingkungan Panti Asuhan dan sekolah dan sebagai penutup sekaligus puncak acara adalah resepsi penyelenggaraan pada tanggal 19-9-1992 yang bertempat di Panti Asuhan Putri Jal. Matraman Raya 77, Jakarta.

Rombongan ziarah ke makam Pa van der Steur berangkat dari Jakarta 9 September 1992, dilepas oleh Badan Pengurus Yayasan Pa van der Steur dan Panitia sebelum kebaktian syukur dimulai. Rombongan tersebut terdiri dari beberapa anggota Pengurus Yayasan, para Oud Steurtjes dan anak asuh yang seluruhnya berjumlah 25 orang. Selain membersihkan dan menabur bunga di makam Pa dan Moe, rombongan juga berkunjung ke bekas asrama Oranje Nassau di Meteseh. Ziarah dan napak tilas tersebut sudah tentu memberi makna yang dalam bagi rombongan, terutama bagi Oud Steurtjes menyegarkan kembali kenangan dan kesan yang mereka alami selama di Oranje Nassau sedangkan bagi anak asuh kunjungan ke makam Pa dan bekas Oranje Nassau diharapkan dapat memberikan nilai keteladanan yang diberikan oleh Pa tentang perjuangan hidup, kepedulian terhadap sesama dan makna akan kasih terhadap sesama yang menembus batas suku, bangsa dan agama.

Setelah pelepasan rombongan peziarah, keluarga besar Pa van der Steur mengadakan kebaktian syukur. Kebaktian yang dipimpin oleh Pdt. Leo Hale, STh juga diisi dengan paduan suara guru-guru TK-SD maupun SMPK Pa van der Steur. Selesai kebaktian acara yang dipandu oleh salah satu guru SD yaitu Ibu Hendrika dilanjutkan dengan acara penyampaian hadiah kepada para pemenang perlombaan dari tingkat TK-SD dan SMP. Setelah diselingi dengan beberapa tarian dan vokal grup yang disajikan oleh murid TK dan anak asuh, acara dilanjutkan dengan penyampaian penghargaan berupa bingkisan kepada karyawan yang telah mengabdikan diri di Yayasan Pa van der Steur selama 10 tahun lebih. Sementara itu perayaan yang diadakan di sekolah berlangsung beberapa hari, dimulai sejak tanggal 8 Sepetember 1992 dengan kegiatan meliputi pertandingan voli, basket dan sepak bola untuk murid kelas V dan VI SD serta murid-murid SMP. Untuk kelas I dan II SD ada lomba lukis dan busana daerah, sedangkan untuk anak SD kelas II dan IV diadkan perlombaan ketangkasan dan berjoget. Perlombaan untuk tingkat TK dipimpin oleh guru dan orang tua murid dan juga dihadiri oleh ibu-ibu dari werk groep yang memberikan hadiah bagi pemenang dan seluruh peserta. Setelah perlombaan untuk anak-anak selesai, para guru dan karyawan sekolah tidak ketinggalan untuk meramaikan suasana dengan pertandingan voli dan lomba tarik tambang. Setelah seluruh acara perlombaan yang disaksikan oleh pengurus Yayasan dan Panitia selesai, acara ditutup dengan atraksi sulap yang disajikan oleh Mr. Korompis. Kegiatan selanjutnya berupa pemutaran film pendidikan untuk anak-anak Taman Kanak-kanak, SD maupun SMP yang dilaksanakn tanggal 16 September 1992. Kegiatan pada hari berikutnya yaitu tanggal 17 September 1992 adalah pelayanan dan penyuluhan kesehatan untuk seluruh murid yang dilakukan oleh para dokter dari Universitas Kristen Indonesia pimpinan Dr. Jerry Lohy. Khusus untuk anak-anak SMP diberikan pula penyuluhan kesehatan tentang P3K dan narkotika. Meskipun harus melayani kurang lebih 700 anak karena diadakan secara serentak dan dilakukan oleh tenaga trampil yang terkoordinir dengan baik, maka kegiatan tersebut dapat selesai pada waktunya dan tidak terlalu mengganggu kegiatan belajar di sekolah.

Kegiatan perayaan di sekolah diakhiri pada tanggal 18 September dengan gerakan kebersihan lingkungan sekolah yang diikuti pula oleh para guru dan karyawan. Rangkaian kegiatan untuk memperingati 100 tahun pekerjaan Pa van der Steur yang dilaksanakan di sekolah, diharapkan selain dapat memberikan kegembiraan bagi anak murid juga diharapkan agar mereka merasa bahwa mereka adalah bagian dari keluarga besar Pa van der Steur.

Rangkaian kegiatan dan acara perayaan yang dimulai sejak tanggal 8 September 1992 diakhiri dengan penyelenggaraan resepsi yang sekaligus sebagai puncak acara pada tanggal 19 September 1992 dengan mengambil tempat di Asrama Putri Pa van der Steur, Jl. Matraman Raya 77, Jakarta. Beberapa saat sebelum acara dimulai, hujan mengguyur Jakarta, sehingga acara terlambat 30 menit dari yang direncanakan. Selain seluruh anggota keluarga besar Pa van der Steur, hadir di dalam acara tersebut para undangan dari dinas maupun departemen, misalnya dari Dinas Sosial DKI Jakarta, Yayasan Dharmais, Pengurus BK3S DKI Jakarta, para Pengurus dan Pengasuh Panti Asuhan se-wilayah DKI serta para undangan khusus atau perorangan.

Setelah laporan Panitia yang disampaikan oleh Dr. Jerry Lohy, acara yang dipandu oleh Ny. Sylvie Panjaitan tersebut diteruskan dengan sambutan-sambutan yang diberikan oleh Ketua Yayasan Pa van der Steur, pengurus BK3S serta Wakil Gubernur DKI yang disampaikan secara tertulis. Acara yang tidak kalah pentingnya adalah penyampaian tanda penghargaan kepada 30 orang yang dinilai cukup banyak berpartisipasi dalam pekerjaan Pa van der Steur. Di antara penerima pengharagaan tersebut adalah Bapak A. C. Bernard, SH. yang telah mengabdikan diri selama 35 tahun lebih, Ibu J. Pondaag yang telah selama 29 tahun bekerja keras untuk Yayasan dengan anak-anak serta Bapak Yoyo Hidayat dan H. Sarmada yang telah berjasa di dalam mendirikan sekolah-sekolah yang diselenggarakan oleh Yayasan Pa van der Steur. Setelah pemberian tanda penghargaan, acara dilanjutkan dengan pertunjukan berupa tarian dan vokal grup oleh anak-anak asuh. Yang cukup menarik pula adalah sebuah drama singkat yang menggambarkan pertemuan Pa dengan 4 orang anak yang kemudian diasuhnya. Pertemuan tersebut yang terjadi 100 tahun yang lalu, menjadi awal dari pekerjaan raksasa yang menjadikan Pa sebagai Bapak dari beribu-ribu anak. Acara selanjutnya adalah pemotongan tumpeng yang dilakukan oleh Bapak A. C. Bernard, SH selaku Ketua Yayasan Pa van der Steur, diteruskan dengan makan malam serta ramah tamah.

Dengan selesainya resepsi tersebut, maka selesailah sudah seluruh acara peringatan 100 tahun pekerjaan Pa van der Steur di Indonesia. Kegiatan yang beraneka ragam dan pesta yang meriah dapat memberikan makna yang terdalam bagi seluruh keluarga besar Pa van der Steur, sehingga rasa kekeluargaan dan pengabdian dapat terus dikambangkan di masa yang akan datang.

Patut kita perhatikan bersama, peringatan dan harapan yang disampaikan oleh Ketua Yayasan melalui sambutannya di dalam acara tersebut. Di tengah-tengah masyarakat modern yang berkembang pesat, tantangan yang kita hadapi semakin berat dan beraneka ragam. Karena itu baik para guru, karyawan dan seluruh keluarga besar Pa van der Steur perlu meningkatkan disiplin dan pengabdiannya.


KESAN-KESAN

Seratus tahun pekerjaan Pa van der Steur di Indonesia telah berlalu dengan segala suka dan dukanya. Banyak kenangan yang ditinggalkan serta harapan yang dipatrikan kepada bekas anak-anak asuhnya.

Kepada mereka tentu saja Pa van der Steur mengharapkan agar mereka tetap hidup rukun dan damai sebagai anggota dari suatu keluarga besar dan selalu dapat mempertahankan keutuhan dalam meneruskan pekerjaannya di Indonesia.

 

English
Indonesia